Ini Aku, Masa lalu yang tak usah kau rindu
Langit senja
yang kemerahan memayungi Ibu Kota. Percayalah, senja dan padatnya lalu lintas
bukan perpaduan yang pas. Tetapi bukan senja namanya jika tak mempesona. Ia
selalu punya cara tersendiri untuk membuat orang tersenyum. Entah karena
keindahannya, maupun karena cerita dibaliknya.
Halte di
pinggir jalan itu sebenarnya biasa saja. Kecuali jika waktu diputar sampai
setahun silam. Tempat itu jadi istimewa karena ada kita. Kita bercerita banyak
hal tanpa peduli waktu terus berputar. Tanpa peduli orang-orang di sekitar.
Tanpa peduli bagaimana akhir dari semuanya, masihkah tetap indah atau akan pudar?
Kita tidak
pernah tahu scenario yang Tuhan ciptakan. Aku bahkan tidak pernah berfikir akan
ada fase dimana aku hanya bisa mengenangmu tanpa bisa menggenggammu. Ini sulit.
Membiarkan hari begitu saja berlalu tanpa kamu. Ini sulit. Melewati
tempat-tempat dimana seharusnya ada kamu. Ini benar-benar sulit karena aku
tidak bisa menyentuhmu lagi, sementara lagu-lagu yang aku dengar selalu mengalun
tentang kamu.
Tetapi hidup
adalah pilihan. Dan inilah yang kita pilih. Sebenarnya kita tidak begitu buruk
saat bersama, hanya saja kita menyadari akan lebih baik jika kita tidak
bersama. Kamu benar, kita terlalu cepat
untuk saling mengenal. Kamu benar, kita butuh beberapa waktu untuk saling menyiapkan
diri. Tetapi kamu lupa, apa saja bisa terjadi hanya dalam hitungan hari.
Aku merasa
ratusan hari yang kita lewati semakin tak berarti. Tentang janji yang ‘katanya’
hanya mengikat dua hati dan tentang mimpi-mimpi yang ternyata hanya sebatas
narasi. Karena pada akhirnya “kamu” yang aku cinta bukan kamu lagi. Kamupun
juga “kamu” yang kamu rindu, bukan aku lagi. Kita punya sosok baru untuk mengisi
kata “kamu” di harapan kita masing-masing. Jadi masihkah cerita ini harus
berlanjut ?
Seharusnya sejak
perpisahan malam itu semuanya harus berakhir. Perasaan dan mimpi-mimpi yang
sempat ada, perlahan pergi. Tetapi meski ceritanya telah selesai, rindu dan
kenangannya tak akan usai. Ia selalu datang di segala hal tentang kamu. Di
tempat dimana biasa ada kamu. Di lagu yang kita nyanyikan. Di kepalaku, bahkan
mungkin di hati. Ah tidak! Aku salah.Dihatiku memang ada “kamu” tapi bukan kamu
lagi.
Aku tidak
sedang menginginkanmu kembali, aku juga tidak sedang merindukanmu. Senja hanya
mengingatkanku tentang kamu. Bahwa kita pernah pernah bercengkrama
dibawahnya.Kita pernah berjanji meski akhirnya saling mengingkar. Kita pernah
menggenggam meski akhirnya saling melepaskan. Kemudian kita mulai berhenti
untuk saling peduli.Kita mulai berjalan kearah mata angin berbeda tanpa saling
menoleh. Semoga saja kamu bahagia. Aku pun juga bahagia dengan “kamu” yang
lain:)
Komentar
Posting Komentar