God Bless You



Untuk cintaku yang tak sampai, apa kabar? Kau baik-baik saja, bukan? Aku bahkan lebih baik darimu.
Rasanya aku ingin tertawa mengingat bagaimana aku dengan bodoh memperjuangkanmu
Aku seperti berjalan di belakangmu, berharap kau akan menoleh padaku meski akhirnya kau menoleh pada yang lain

aku masih ingat hari-hari dimana aku menantimu didekat kantin sekolah. Menunggu kau datang saat jam istirahat. Kau memang datang, tapi sedikitpun tidak menatapku. Kau yang tidak menyadari keberadaanku atau memang acuh dengan sengaja? 

Aku mungkin tidak termasuk siswi yang populer, karena itu kau tidak pernah menyadari keberadaanku. Sekedar mengingat namaku pun kau kesulitan,kan? Kau bahkan terus bertanya aku siapa tiap kali kita harus berurusan soal kepengurusan organisasi

Tak ada yang istimewa yang dapat kau ingat tentangku. Tidak cantik, tidak tinggi, tidak begitu pintar. Aku terlalu sempurna menjadi punuk yang merindukan bulan sepertimu. Kau tampan, populer, pintar dan pandai bergaul. Makhluk seperti ku hanya bisa berharap ada keajaiban untuk ditatap olehmu 

Kau tahu, Aku hafal jam-jam kapan kau sampai di sekolah. Aku hafal dimana kau menghabiskan waktu istirahatmu. Aku hafal dimana kau biasa menaruh sepeda. Aku hafal nomor telfonmu meski aku tidak pernah berani menghubungimu. Aku hafal jalan menuju rumahmu. Tapi aku tak pernah hafal jalan untukku berhenti memikirkanmu 

Berkali-kali aku mendengar kabar tentangmu. Menjalin hubungan dengan si A, lalu putus. Lalu menjalin lagi dengan si B, lalu putus. Dan entah sampai abjad ke berapa. Kau terlalu mudah untuk memilih siapapun untuk jadi kekasihmu. Pilihan yang tentu saja aku tidak termasuk di dalamnya.

Dengan segala kenyataan di atas, nyatanya aku tetap menyukaimu. Sampai kabar tentangku pun terdengar olehmu. Sejak saat itu kau mulai mengingat namaku, kau sering mengajakku sekedar berbincang-bincang. Kau selalu tersenyum tiap kali tidak sengaja bertemu denganku. Kau bahkan sering membantuku saat aku kesulitan. Membetulkan rantai sepedaku yang lepas, memberiku air mineral setelah upacara, menyemangatiku saat aku akan mengikuti lomba, memberiku obat di UKS saat aku sakit lalu mengantarku pulang. Semua hal kecil itu membuatku semakin berharap. Apa kau sengaja menabur harapan padaku? Atau kau mempermainkanku? 

Disaat yang sama, aku melihatmu tertawa dengan gadis lain. Makan siang dengan gadis lain. Aku melihatmu bernyanyi untuk gadis lain. Memberikan bunga padanya. Membawakannya bekal makan siang. Menenangkannya saat gadis itu menangis. Apa kau memang sengaja mempermainkanku? 

Hari saat perpisahan itu, aku merasa harus menyudahi apa yang aku perjuangkan. Aku lelah tapi tidak mendapatkan apa-apa. Jadi sudah sepantasnya aku akhiri bukan? Hari itu adalah hari terakir aku melihatmu di sekolah. Hari yang tepat untuk aku putuskan apakah kau memang memberiku kesempatan atau aku hanya berasumsi sendiri? Apakah aku akan tetap berharap padamu atau aku harus menghentikannya disini? Aku terlalu payah untuk mengumpulkan keberanian berkata jujur padamu. Aku seperti orang bodoh yang sudah tahu bagaimana hasilnya tetapi tetap maju untuk melihatnya sendiri. Aku mengulang-ulang kalimatnya dalam hati agar aku tidak terbata-bata didepanmu. 

Bodohnya aku. Meski aku melakukannya dengan baik pun, kau tetap menolakku bukan? perasaan yang kusimpan selama dua tahun pun rasanya menguap begitu saja didepanmu. Aku bagimu itu apa? Aku tidak punya keberanian sebesar ini jika kau tidak pernah membuatku berharap. Apa saat itu aku satu-satunya yang ada saat kau bosan? Tapi bukan berarti kau bisa mempermainkanku, kan? 

Aku mungkin tidak pernah menggapaimu sampai kesempatan terakhirku. Tapi bukan berarti aku tidak bisa bangun dari jatuh hati yang tak berakal ini. Hey, lihat! Aku bahkan menikahi orang yang jauh lebih baik darimu. Ia tidak membuatku menerka-nerka, tapi memberiku kepastian. Ia tampan, populer, dan pandai bergaul. Ia hafal jalan menuju rumahku, hafal tempat favoritku, ia hafal lagu-lagu yang aku suka, hafal makanan mana yang tidak aku suka. Ia hafal bagiaman menangani moodku yang sedang tidak baik. Ia hafal segala hal tentangku yang tidak pernah kau tahu.

Lihat! Aku merasa menjadi versiku yang paling terbaik. Aku beberapa tahun silam seperti tidak ada apa-apanya. Dengan versi terbaikku, aku mendapat seseorang yang jauh lebih baik darimu. Aku tidak peduli lagi kabarmu, bagaimana hidupmu kau sudah mati atau masih hidup. Aku sama sekali tidak peduli. Setelah semua yang aku lalui, setelah semua yang kau lakukan semoga Tuhan memberkatimu.

Komentar

Postingan Populer