S E P I



 Aku mencintaimu. Sangat.

Mungkin salahku yang selalu memohon pada Tuhan agar senantiasa membersamakan kita selamanya. Bagaimana mungkin aku memohon tentang hal yang mustahil? Sementara akhir dari pertemuan sendiri adalah perpisahan. Mungkin, aku hanya terlalu pengecut menerima perpisahan. Mungkin pula, itu karena aku terlalu mencintaimu.

Dulu aku menyukai hujan, tapi sekarang tidak lagi.
Karena aku benci melihatmu kedinginan dibawah hujan.
Dulu aku menyukai senja, tapi kini aku lebih suka melihatmu tersenyum.
Aku sangat suka mendengarkan radio, tapi itu sebelum aku mendengar tawamu.
Dulu aku suka berlama-lama menatap monitor, kini aku lebih suka berlama-lama memandangimu. Salah satu cara membuatmu tersenyum. Dan aku juga.

Aku telah bersamamu melewati hari yang sama, detik waktu yang sama, ratusan kali. Aku selalu senang mengenang bagaimana kita mengawali pertemuan. Aku bahkan selalu senang melewati pertemuan-pertemuan berikutnya denganmu. Sengaja atau tidak. Lama atau sebentar. Apapun yang menyangkut kamu, aku suka.
Ah tidak! ada satu yang tidak aku suka darimu.
kematianmu.

Aku marah. Tapi pada siapa? pada Tuhan? karena telah mengambilmu dariku tiba-tiba? atau pada doa-doa yang kurapal lima kali sehari? karena ia telah mengkhianatiku? atau, padamu? Yang meninggalkanku bersama sepi. Atau, aku harus marah pada sepi? yang datang padaku?

Kau tahu, aku merasa separuh nyawaku ikut pergi. Aku merasa oksigen dibumi berkurang dan membuat nafasku sesak. Meski sebenarnya yang membuatnya sesak adalah kesedihan. Aku sakit. Sekarat. Rasanya aku ingin mati juga. Tubuhku bergetar melihatmu terbujur kaku. Air mataku mengalir melihat matamu terpejam. sesekali aku berharap, mata itu akan terbuka lagi. Tapi tidurmu terlalu nyenyak.

Kini, aku hanya bisa melihat senyummu dalam ingatan. mendengar tawamu dalam kenangan. Riuh candamu telah diganti oleh sepi. Aku masih bisa menatap meja kerjamu, tapi tidak dengamu.

Kini, aku masih harus melewati hari yang sama, detik waktu yang sama entah sampai berapa kali lagi. Bersama kenangan-kenangan kemarin. Kehilanganmu tak akan sesakit ini jika aku tak mencintaimu sedalam ini.
   

Komentar

Postingan Populer