KEDUA
Aku termangu di tengah hiruk pikuk kesibukan kota. Lorong stasiun yang senantiasa ramai, nyatanya tak mampu mengusir sepi dalam dada. Dari tepi peron ini kita dapat mendengar Suara kereta yang berdengung , peluit petugas yang memekakan telinga, dan langkah kaki yang terburu buru menyusul gerbong kereta. Semua itu terus berulang setiap hari.
Juga kamu dan aku yang terus berulang kali duduk disini, berjalan berdampingan, dengan tangan saling menggenggam. Entah sudah berapa hari terlewati bersamamu, entah sudah berapa kali lenganmu mendekapku. Rasanya Bagiku kau terlampau istimewa. Disetiap detail tubuhmu, tawamu, sikapmu, nyaris tak satupun tentangmu yang aku tak suka.
Aku mencintaimu sepenuhku, meski yang aku dapat separuh hatimu. Separuh lagi?telah kau bagi pada yang lain. Mungkin itu sebab hatiku masih merasa sepi meski bersamamu. Aku harus puas hanya dengan menjadi yang kedua bagimu. Artinya, sosial mediamu dipenuhi dengan fotonya, lingkaran pertemananmu hanya mengenalnya sebagai kekasihmu, pun keluargamu.
Lalu aku hanya kau simpan dalam sudut hatimu yang gelap. Yang mungkin hanya kau tilik sesekali saat kau jengah dengannya. Tak apa. Asal kau masih mau denganku, aku tak mengapa. Sebab laripun aku tak bisa, cintaku telah jatuh begitu dalam pada hatimu. Meski sama sama menyakitkan, aku akan tetap memilih bertahan daripada pergi.
Kau selalu bilang, aku dan 'kekasihmu' itu sama. Tak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Tapi kau tidak mungkin hanya memamerkan satu berlian saat kau punya satu lagi kan? Kau hanya enggan mengakui aku sebagai serpihan luka sementara ia sebongkah kebahagiaan. Ah lagi-lagi meski sama sama memiliki hatimu, aku tak punya hak menuntut untuk diakui didepan teman teman dan keluargamu. Cemburu pun aku tak boleh. Aku hanya harus terus berjalan diatas hubungan gelap ini entah sampai sejauh mana, sementara luka didada semakin dalam
Juga kamu dan aku yang terus berulang kali duduk disini, berjalan berdampingan, dengan tangan saling menggenggam. Entah sudah berapa hari terlewati bersamamu, entah sudah berapa kali lenganmu mendekapku. Rasanya Bagiku kau terlampau istimewa. Disetiap detail tubuhmu, tawamu, sikapmu, nyaris tak satupun tentangmu yang aku tak suka.
Aku mencintaimu sepenuhku, meski yang aku dapat separuh hatimu. Separuh lagi?telah kau bagi pada yang lain. Mungkin itu sebab hatiku masih merasa sepi meski bersamamu. Aku harus puas hanya dengan menjadi yang kedua bagimu. Artinya, sosial mediamu dipenuhi dengan fotonya, lingkaran pertemananmu hanya mengenalnya sebagai kekasihmu, pun keluargamu.
Lalu aku hanya kau simpan dalam sudut hatimu yang gelap. Yang mungkin hanya kau tilik sesekali saat kau jengah dengannya. Tak apa. Asal kau masih mau denganku, aku tak mengapa. Sebab laripun aku tak bisa, cintaku telah jatuh begitu dalam pada hatimu. Meski sama sama menyakitkan, aku akan tetap memilih bertahan daripada pergi.
Kau selalu bilang, aku dan 'kekasihmu' itu sama. Tak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Tapi kau tidak mungkin hanya memamerkan satu berlian saat kau punya satu lagi kan? Kau hanya enggan mengakui aku sebagai serpihan luka sementara ia sebongkah kebahagiaan. Ah lagi-lagi meski sama sama memiliki hatimu, aku tak punya hak menuntut untuk diakui didepan teman teman dan keluargamu. Cemburu pun aku tak boleh. Aku hanya harus terus berjalan diatas hubungan gelap ini entah sampai sejauh mana, sementara luka didada semakin dalam
Komentar
Posting Komentar