Kimi No Shiranai Monogatari
Aku tidak sedang menyesali apapun. Aku percaya, segala keputusan yang aku buat dalam hidupku sudah menjadi pilihan yang terbaik untukku. Aku hanya ingin sedikit bercerita. Meskipun mungkin, cerita ini entah akan sampai padamu atau tidak.
Aku masih mengingat beberapa kenangan kita dulu. Meski sudah memudar oleh waktu, aku masih bisa merasakan getaran hatiku pada saat itu. Aku masih terlalu dini untuk menyadari bahwa itu 'cinta'. Bagiku bermain denganmu benar-benar menyenangkan
Saat itu bagiku kau orang yang menyebalkan. Kau terus-terusan menggodaku, menjahiliku, dan mengerjaiku. Kita benar-benar seperti kucing dan tikus, kan? Berlari mengelilingi kelas saling mengejar satu sama lain.
Aku senang melihatmu tertawa. Apalagi jika penyebabnya adalah aku. Terkadang aku sedikit rela kau jahili agar bisa melihatmu tertawa. Meskipun aku akan tetap membalas perbuatanmu, sih.
Bagiku juga, kau orang yang menyenangkan. Dengan sengaja atau tidak, aku merasa kau sedikit khawatir saat terjadi sesuatu yang buruk padaku. Terkadang kau juga menolongku saat aku kesusahan. Meminjamkan bolpoint saat aku lupa membawanya, berbagi payung saat hujan tiba, meminjamiku jacket saat aku sakit di sekolah dan mengantarku pulang dengan sepedamu.
Tidak sepertiku, kau pandai bergaul. Banyak yang senang bermain denganmu. Pun tidak terkecuali anak perempuan di sekolah. Itu membuatku sedikit minder. Terkadang aku khawatir, suatu saat kau akan menemukan anak lain yang lebih asyik diajak bermain dari pada aku. Dan mungkin suatu saat kau akan mengabaikanku.
Lalu entah bagaimana, aku mendengar gosip kau menyukaiku. Aku terlanjur senang meski aku sedikit tidak percaya. Rasanya banyak anak perempuan yang lebih cantik dariku, tapi kenapa gosip itu jatuh padaku? Apa karena kau dan aku selalu terlihat 'tidak akur' ?
Hari kelulusan seharusnya jadi hari yang menyenangkan. Aku senang aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Tapi aku sedih harus berpisah denganmu. Aku harus melanjutkan pendidikanku di luar kota. Sementara kau tetap tinggal di kota ini.
Hari ketika aku memasuki stasiun mungkin jadi hari yang paling menyedihkan. Aku melihat temanmu berlari mengejarku. Ia memberikan sebuah surat yang ia bilang itu darimu. Aku melihat ke sekelilingku tetapi aku tidak menemukanmu. Rasanya aku sangat tidak sabar ingin membacanya sekarang, tetapi ayah dan ibuku memintaku segera memasuki stasiun.
Kereta mulai berjalan, aku memilih duduk di dekat jendela. Aku membaca surat yang ternyata isinya cukup singkat. Jadi gosip yang selama ini aku dengar itu, benar?? Jika tidak dengan orang tuaku mungkin aku sudah berjingkrak kegirangan. Tepat saat itu, mataku menangkap sosokmu. Aku kira aku berhalusi nasi. Ternyata aku benar-benar melihatmu di koridor sedang tersenyum dan melambaikan tangan padaku.
Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri. Saat aku sudah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak aku akan muncul lagi di hadapanmu sambil menjawab surat itu. Aku ingin kau bangga padaku dan tidak sia-sia menungguku
Tapi mungkin aku terlalu fokus pada diri sendiri. Aku selalu merasa belum puas dengan apa yang aku capai. Hingga tanpa kusadari, 12 tahun sudah berlalu. Sebelum aku menjawab surat itu aku sudah menerima surat lain darimu. Surat undangan pernikahanmu.
Rasanya aku ingin kembali ke 12 tahun silam. aku ingin kembali ke hari dimana aku masih berada di sekolah bersamamu. Aku ingin mengungkapkan semuanya. Tidak peduli kau suka atau tidak padaku, seharusnya aku mengatakan semuanya padamu.
Lagi-lagi aku salah. Hari tersedih di cerita ini adalah hari ini. Hari saat aku menyadari bahwa aku sudah melewatkanmu. Sudah sangat terlambat, ya? Tapi semoga saja kau tidak menganggap ini sebagai apa-apa. Cerita masa kecil itu seharusnya hanya jadi cinta monyet semata kan? Jadi biar aku saja yang menganggapmu apa-apa. Biar aku saja yang merasakan rasanya melewatkanmu setidak enak ini.
Untuk menjaga hatiku agar tidak lebih hancur lagi, mungkin aku tidak akan datang ke hari bahagiamu. Aku tetap mendoakan segala yang terbaik untukmu. Juga berdoa agar hatiku lekas sembuh. Rasanya aku tersakiti oleh diriku sendiri. Rasanya aku masih tidak percaya, aku tidak melakukan hal yang selama ini ingin ku lakukan. Padahal sekedar 'mengatakan' bukan hal yang sulit bukan?
Komentar
Posting Komentar