A cigarette
Suasana hatiku sedang bagus hari ini. Pertama, untuk pertama kalinya aku mendapat nilai B pada mata kuliah sosiologi, kedua, saluran air apartemenku sudah selesai dibetulkan sehingga aku tidak perlu menumpang pada pemilik apartemen setiap kali ingin pergi ke toilet, ketiga, aku mendapat bonus dari pekerjaan paruh waktuku, dan terakhir, aku melihat salju pertama turun semalam. Rokok di tanganku sudah habis tapi Makoto – Pria yang sejak tadi aku tunggu belum juga muncul. Kami tidak membuat janji untuk bertemu tapi biasanya pria itu selalu muncul pada waktu ini di sini – tangga darurat lantai tiga. Aku membuang putung rokok dan memutuskan untuk membeli sebungkus lagi di minimarket depan kampus untuk persediaan. “Bukankah kau teman Makoto?” Seorang pria didepanku menoleh ke belakang saat kami sama-sama sedang antre di depan kasir. Aku tidak tahu nama pria itu tapi aku ingat ia pernah beberapa kali berbincang dengan Makoto saat keduanya tidak sengaja bertemu di tangga darurat lantai...